(CERPEN) Ant-Ant, Kau Hebat!
Perjalanan panjang adalah
perjalanan yang lama dan berat. Seperti yang sedang dilakukan Ant-ant. Ant-ant
tidak seperti yang lain. Selama ini Ant-ant sering tertinggal di belakang.
Namun dia bisa mengumpulkan makanan lebih banyak dari pada teman-temannya.
Hujan datang lebih awal dari
biasanya. Hujan merupakan kendala terbesar saat melakukan perjalanan. Biasanya
Ant-ant dan teman-temannya tidak melangkah lebih jauh. Namun kali ini Ant-ant
nekat melangkah lebih jauh. Dia ingin mendapatkan upah lebih banyak. Dia ingin
orangtuanya sembuh. Dia juga ingin membangun rumahnya yang telah rusak akibat
banjir.
“Ant! Ini masih musim hujan.
Jangan kau anggap hari ini awan dan matahari sedang bersahabat.” Beberapa
kalimat yang dikatakan temannya telah masuk di pendengaran, tapi Ant tidak
menghiraukannya.
“Aku kasihan dengan Ant. Dia
tidak normal dan harus menggantikan ayahnya sebagai tulang punggung,” kata Sem.
“Ah memang dasar keras kapala,”
kata temannya yang lain.
Ant-ant berjalan ke tepi, mencari
sesuatu. Sambil menghindari tetesan hujan, dia berlari ke arah hutan talas.
Hutan yang penuh daun lebar dan besar. Hutan yang juga disebut hutan kematian.
Di hutan tersebut ada sosok makhluk pembunuh yang kejam selain kelompok Spidi.
Ant-ant tahu kalau dia tidak
boleh terlalu ke dalam. Dia hanya mencari daun-daun yang berada di tepi hutan.
Daun yang dia dapatkan akan dia rangkai menjadi sebuah perahu beratap. Setelah
terkumpul cukup banyak, mulailah dia membuat perahunya. Pertama dia buat sebuah
lesung yang cukup lebar. Lalu diberi tiang dan atap. Perahunya juga ada jendela
yang bisa dibuka tutup. Perahu beratap pun jadi setelah 1 jam berlalu.
Perahu itu dia dorong keluar dari
hutan talas. Awalnya dia kesulitan memindahkannya ke tepi. Berpikir dan
berpikir, itu yang dia lakukan jika dia berada dalam kesulitan yang belum
terpecahkan. Lalu dia ingat saat bermain luncuran di bukit pasir. Permainan
yang menggunakan daun untuk papan seluncur dan patahan ranting untuk tempatnya
berseluncur. Dia segera mencari ranting yang ada di sekitarnya.
Ant-ant sadar dia telah jauh dari
tepi. Lalu dia memutuskan kembali. Ranting yang dia kumpulan sudah cukup untuk
membawa perahunya ke tepi. Terdengar suara gesekan daun dari belakang. Ant-ant
merasakan ada bahaya yang akan datang. Daun-daun robek, sang pembunuh telah ada
di depannya. Berlari mungkin satu-satunya jalan keluar. Tapi kecepatan sang
pembunuh tidak bisa dia tandingi. Berpikir dan berpikir. Dia mencari solusi
lain. Dia teringat saat temannya sedang sakit mata. Mata temannya itu diperban
sehingga dia berjalan tanpa arah yang jelas. Mata Ant-ant bergerak ke sana
kemari. Lalu dia melihat di tangannya ada beberapa ranting. Dua buah ranting
tidak berpengaruh terhadap perahunya jika dia ambil. Segeralah dia
melemparkannya ke mata sang pembunuh sambil berlari menghidari serangan. Satu
ranting mendapat tempat di mata kanan sang pembunuh. Dia berlari lagi dan
menerobos di bawah tubuh sang pembunuh. Kini dia berada di sebelah kiri sang
pembunuh. Sang pembunuh yang kebingungan dan kesakitan membuat Ant-ant tidak
ragu. Satu ranting lagi mendapat tempat di mata kiri. Ant-ant segera
meninggalkan sang pembunuh yang berlari tanpa arah ke dalam hutan.
Ant-ant berjalan kembali ke
perahu. Syukurlah masih ada dan utuh di tempatnya. Mulailah dia bawa perahu itu
seperti apa yang dia rencanakan. Beberapa saat perahu akhirnya dapat mengapung
di atas lautan sementara. Dia pun masuk ke dalamnya dan mulai mendayung. Ke
sana kemari mencari makanan. Dari tepi ke tepi, dia berhasil membawa sedikit demi
sedikit makanan. Menyeberangi lautan membuatnya lelah. Sesekali dia berhenti
dan memakan sesuatu dari hasil pencariannya.
Lautan menyurut, Ant-ant harus
cepat sampai ke rumah, kampung halamannya. Dengan cepat dia dayung perahunya.
Beberapa saat kemudian dia sampai di kampung halamannya bersamaan surutnya
laut. Teman-temannya tidak percaya melihat Ant-ant bisa kembali dan setidaknya
kembali membawa banyak makanan. Dia senang, dia akan mendapat upah lebih. Namun
upah lebih tidak lebih penting dari pada orangtuanya.
“Aku telah salah menilaimu. Kau
benar-benar jenius. Hahaha…,” kata salah seorang temannya.
“Kau hebat Ant,” sapa Sem yang
menghampirinya.
Ant mengerti bahwa dia telah
dipuji banyak orang. Dia pun menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangan. Hanya
itu ucapan terima kasih yang bisa dia lakukan. Dia berlari menjauh dari
kerumunan. Dia ingin sekali melihat orangtuanya. Dia ingin memberitahu bahwa
dia berhasil membawa makanan dengan selamat.
Tidak jauh dari kerumunan, dia
telah berada di depan rumah. Meskipun rumah itu milik tetangganya dia bahagia
bisa pulang ke rumah. Dia masuk dan langsung menuju ke kamar ibunya. Di samping
ibunya, dia melihat adiknya tertidur menghadap tempat tidur ibunya.
“Ant-ant kau sudah kembali?”
tanya ibunya.
Ant-ant hanya mengangguk saja.
Lalu dia memberi isyarat jika dia telah berhasil. Dia juga menceritakan
petualangannya di hutan talas dan lautan sementara.
Cerpen Karangan: Anjar Adityatsu
Blog: www.abonecorp.com
Akun FB:
www.facebook.com/adityatsu
Akun Twitter: @raditya_amp
0 komentar